#CerdasDenganUangmu, Perjalanan Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
Dulu, mama ini bisa dibilang boros, apalagi soal beli jajan,
hahaha. Selepas kuliah pun tak punya tabungan, Karena uang bulanan dari
orangtua dirasa tak seberapa, jadinya ya selalu habis tiap bulan. Parah banget
deh.
Tapi semenjak bekerja dan merasakan susahnya mencari nafkah,
mata mama jadi sedikit lebih terbuka dengan masalah perencanaan keuangan. Dalam
hati sering berpikir, capek – capek bekerja dari pagi sampai malam, masak iya
mau langsung dihabiskan dalam sebulan?
Mama jadi teringat dengan Uti dan Akung yang gaya hidupnya sederhana.
Padahal mereka berdua terbilang mampu. Ternyata begitulah salah satu cara mereka
dalam mengatur keuangannya, yaitu dengan bergaya hidup biasa saja. Sebagian penghasilannya lari ke investasi dan tabungan. Jadi di masa pensiun ini mereka benar – benar sudah
bebas finansial dan terjamin masa tuanya, tanpa bergantung pada anak – anak. Menjalani
hidup sehari – hari dengan tenang, damai, menikmati hobi berkebun sambil
sesekali jalan – jalan. Aduh, damai banget deh.
Hal itu sangat menginspirasi dan memotivasi mama. Terlebih
setelah menikah, punya anak dan memutuskan menjadi IRT. Harus bener – bener berhitung
deh supaya nggak besar pasak daripada tiang. Mengingat kita hidup di jaman yang
penuh godaan mall dan tempat nongkrong yang hits ini.
Memikirkan Dana Pendidikan Anak
Salah satu yang mama pikirkan ketika punya anak adalah,
sebisa mungkin mama ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Tidak
hanya di rumah, tapi juga sekolah yang mama pilihkan untuk anak – anak haruslah
sekolah yang berkualitas.
Dan sekolah yang bagus untuk anak tentunya butuh
biaya yang lumayan. Karena itulah mama dan ayah berusaha menyiapkan dana
pendidikan untuk anak sedini mungkin.
Mengkalkulasi biaya sekolah yang akan dituju nanti.
Mama dan ayah banyak berdiskusi soal sekolah untuk anak –
anak nanti. Biarpun lahiran juga belum, setidaknya kami sudah punya gambaran
kasar besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Supaya saat anak mulai mau masuk
sekolah nanti kita nggak bingung mengumpulkan uang dan sudah siap dengan
dananya.
Kami banyak berdebat soal pemilihan sekolah untuk anak nanti.
Mau sekolah negeri atau swasta? Sekolah negeri biasanya biaya lebih terjangkau,
kalau sekolah swasta memang umumnya lebih mahal dari sekolah negeri. Ayah
sendiri sebenarnya lebih prefer menyekolahkan anak di sekolah negeri. Mengingat
kami berdua sama – sama produk anak sekolah negeri. Selain lebih murah, mama
sendiri juga kan IRT, jadi bisalah dirumah ngajarin anak ngaji dan pengetahuan
lainnya.
Sebenarnya tak ada yang salah dari sekolah negeri. Hanya
saja mama ingin anak – anak punya dasar agama yang kuat sejak kecil. Rasanya
hal ini kurang bisa didapat jika menyekolahkan anak di sekolah negeri, karena
pelajaran agama hanya diajarkan seminggu sekali. Walaupun ditambah dengan les
mengaji atau ikut TPA, bagi mama tetaplah kurang. Mungkin mama bisa mengajarkan
agama pada anak – anak, tapi tetap saja mama butuh sistem yang mendukung hal
ini.
Karenanya mama ngeyel untuk menyekolahkan anak – anak di Sekolah Islam
Terpadu (SIT) untuk TK dan SD-nya. Karena masa ini adalah masa – masa emas
untuk menanamkan pendidikan agama dan karakter pada anak. Harapannya mereka
punya pondasi agama yang kuat saat kecil. Dan inginnya sih SMP, SMA dan kuliah nanti
masuk negeri saja supaya anak – anak juga merasakan lingkungan yang beragam.
Seperti biasa, mama menang, yayyy. Jadinya, kami berhitung
dana pendidikan anak dengan gambaran kasar biaya masuk SIT untuk TK dan SD.
Menentukan instrument
Sebenarnya ada banyak cara untuk menyiapkan dana pendidikan
untuk anak, antara lain lewat
- Deposito
- Emas
- Reksadana
- Asuransi pendidikan
- Tabungan berjangka, dan lain - lain
Berhubung pada saat itu kami baru saja menghabiskan seluruh asset
untuk membayar uang muka pembelian rumah, jadi satu – satunya pilihan untuk
menyiapkan dana pendidikan anak ya dengan tabungan berjangka.
Prinsip dari tabungan berjangka ini sama dengan menabung
dengan cara autodebet. Jadi kita seperti dipaksa menabung. Tabungan berjangka
ini juga tidak bisa diambil sewaktu – waktu, melainkan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disepakati.
Menyiapkan jangka waktu
Setiap keluarga punya kebijakan tersendiri untuk menyiapkan
dana pendidikan anak. Ada yang langsung focus menyiapkan dana pendidikan untuk
anak kuliah nanti sehingga instrumennya berjangka waktu hingga belasan tahun. Sedangkan
biaya masuk TK, SD, SMP dan SMA mengandalkan simpanan yang ada pada saat anak
mulai masuk sekolah.
Kalau mama sih menyiapkan dana pendidikan untuk masuk SD
dulu, jadi menabung berjangka untuk kurun waktu 6 tahun. Nanti untuk masuk SMP
dananya disiapkan saat anak SD. Syukur – syukur masuk SMP nanti bisa pakai
simpanan tabungan yang ada, jadi tabungan berjangkanya bisa dilanjutkan hingga
SMA atau kuliah.
Pernah lho, mama mendapatkan tanggapan kurang enak ketika
bertanya – tanya soal sekolah anak pada seseorang yang anaknya sudah besar – besar.
Mungkin dipikir mama ini ribet banget, anak belajar jalan juga belum kok sudah
mikirin sekolahnya aja.
Ya nggak papa. Karena bagi mama hidup itu penuh dengan
ketidakpastian. Jadi kalau kita sudah berjaga – jaga di awal tentunya kita akan
lebih siap menghadapinya nanti.
Just my two cents, semoga bermanfaat ya ^_^.
Post a Comment for "#CerdasDenganUangmu, Perjalanan Menyiapkan Dana Pendidikan Anak"